DeRayKha Toko Pakaian Anak di Jakarta Pusat

Beranda » Blog » SAAT KEHILANGAN BUAH HATI

SAAT KEHILANGAN BUAH HATI

Diposting pada 6 Januari 2024 oleh Admin / Dilihat: 38 kali / Kategori:

Bunda yang senantiasa dirahmati Allah, selamat datang kembali di serial Fiqih Pendidikan Anak dari DeRayKha. Pada edisi kali ini, kita akan mengulas topik yang mendalam dan mungkin menjadi momen tersulit yang dialami setiap orang tua, yaitu “Saat Kehilangan Buah Hati.”

Kami mengerti betapa sulitnya menghadapi kehilangan anak, dan melalui tulisan ini, kami ingin memberikan panduan dan dukungan bagi Bunda yang sedang mengalami duka yang mendalam. Semoga tulisan ini dapat memberikan pencerahan dan kekuatan dalam menghadapi perjalanan yang berat ini.

Serial Fiqih Pendidikan Anak: SAAT KEHILANGAN BUAH HATI

Tidak ada orang tua yang berharap kehilangan buah hatinya. Namun Allah ta’ala mampu menakdirkan apapun yang dikehendaki-Nya. Tentu di balik ujian itu terkandung banyak hikmah kebaikan. Jika ada manusia yang berhak terbebas dari ujian, tentu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lah orangnya. Sebab beliau manusia yang paling dicintai Allah. Tapi ternyata beliaupun mengalami berbagai macam ujian. Salah satunya adalah kehilangan buah hati.

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bercerita, “Suatu hari Nabi shallallahu ’alaihi wasallam menunggui Ibrahim putra beliau yang sedang dalam sakaratul maut. Maka bercucuranlah air matanya. Abdurrahman bin Auf berkata, “Engkau juga menangis wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Wahai Abdurrahman ini adalah kasih sayang”. Lalu beliau kembali meneteskan air matanya dan bersabda,

“إِنَّ العَيْنَ تَدْمَعُ، وَالقَلْبَ يَحْزَنُ، وَلَا نَقُولُ إِلَّا مَا يَرْضَى رَبُّنَا، وَإِنَّا بِفِرَاقِكَ ‌يَا ‌إِبْرَاهِيمُ ‌لَمَحْزُونُونَ”

“Sesungguhnya mata boleh menangis dan hati boleh bersedih. Namun kita tidak boleh mengucapkan kata-kata kecuali yang diridhai oleh Allah. Sungguh kami merasa sangat sedih berpisah denganmu wahai Ibrahim”. HR Bukhari.

Hadits di atas memberikan pelajaran bahwa bersedih dan menangis saat kehilangan buah hati adalah hal manusiawi. Namun yang harus diperhatikan adalah kita tidak boleh melakukan perbuatan dan mengucapkan kata-kata yang mendatangkan kemurkaan Allah.

Di antara faktor terbesar yang bisa menghibur diri akibat kehilangan buah hati adalah janji pahala kelak di akhirat. Yakni berupa syafaat anak untuk orang tuanya. Abu Hassan rahimahullah menuturkan bahwa beliau curhat kepada Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, “Dua anakku meninggal dunia. Mohon engkau berkenan menyampaikan padaku hadits Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menghibur diri atas kehilangan ini”. Beliau menjawab, “Ya”.

“صِغَارُهُمْ دَعَامِيصُ الْجَنَّةِ يَتَلَقَّى أَحَدُهُمْ أَبَاهُ -أَوْ قَالَ أَبَوَيْهِ-، فَيَأْخُذُ بِثَوْبِهِ -أَوْ قَالَ بِيَدِهِ-، كَمَا آخُذُ أَنَا ‌بِصَنِفَةِ ‌ثَوْبِكَ ‌هَذَا، فَلَا يَتَنَاهَى -أَوْ قَالَ فَلَا يَنْتَهِي- حَتَّى يُدْخِلَهُ اللهُ وَأَبَاهُ الْجَنَّةَ”.

“Anak-anak kaum muslimin akan menjadi penghuni surga. Ia akan menyambut kedatangan orangtuanya. Lalu memegangi baju orang tuanya atau tangannya, seperti sekarang aku memegangi bajumu. Ia tidak akan melepas pegangan itu, hingga Allah berkenan memasukkannya dan orang tuanya ke surga”. HR. Muslim.

Tentu keutamaan di atas ada syaratnya. Antara lain, orang tua menghadapi ujian tersebut dengan kesabaran. Juga syafaat diberikan hanya kepada orang tua yang tidak berbuat kesyirikan.

“إِذَا مَاتَ وَلَدُ العَبْدِ قَالَ اللَّهُ لِمَلاَئِكَتِهِ: “قَبَضْتُمْ وَلَدَ عَبْدِي؟”، فَيَقُولُونَ: “نَعَمْ”، فَيَقُولُ: “قَبَضْتُمْ ثَمَرَةَ فُؤَادِهِ؟”، فَيَقُولُونَ: “نَعَمْ”، فَيَقُولُ: “مَاذَا قَالَ عَبْدِي؟” فَيَقُولُونَ: “حَمِدَكَ وَاسْتَرْجَعَ”، فَيَقُولُ اللَّهُ: “ابْنُوا لِعَبْدِي بَيْتًا فِي الجَنَّةِ، وَسَمُّوهُ بَيْتَ الحَمْدِ”.

“Jika salah satu anak manusia meninggal, maka Allah akan bertanya kepada malaikat-Nya, “Kalian telah mencabut nyawa anak hamba-Ku?”. “Ya” jawab mereka. “Kalian telah mencabut nyawa buah hatinya?”. Mereka menjawab lagi, “Ya”. “Apa yang diucapkan hamba-Ku?”. “Ia memuji-Mu dan mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji’un!”. Maka Allah pun berfirman, “Bangunkan untuk hamba-Ku rumah di surga dan namailah dengan rumah pujian!”. HR. Tirmidzy dari Abu Musa radhiyallahu’anhu. Hadits ini dinyatakan hasan oleh Tirmidzy dan al-Albany.

Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 20 Dzulqa’dah 1443 / 20 Juni 2022

Diringkas oleh Abdullah Zaen dari berbagai sumber. Antara lain: Islamic Parenting, karya Jamal Abdurrahman (hal. 69-76).

Tags: , , , , ,

Bagikan ke

SAAT KEHILANGAN BUAH HATI

Saat ini belum tersedia komentar.

Silahkan tulis komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan kami publikasikan. Kolom bertanda bintang (*) wajib diisi.

*

*

SAAT KEHILANGAN BUAH HATI

Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah: