DeRayKha Toko Pakaian Anak di Jakarta Pusat

Beranda » Blog » BERMAIN ADALAH KEBUTUHAN ANAK

BERMAIN ADALAH KEBUTUHAN ANAK

Diposting pada 13 Desember 2023 oleh Admin / Dilihat: 30 kali / Kategori:

Bunda, selamat datang dalam serial Fiqih Pendidikan Anak dari DeRayKha! Pada artikel kali ini, kita akan menjelajahi sebuah aspek penting dalam tumbuh kembang si kecil yang seringkali diabaikan: bermain. “Bermain Adalah Kebutuhan Anak,” adalah panggilan untuk kita semua sebagai orangtua dan pendidik agar lebih memahami betapa bermain memiliki peran yang tak tergantikan dalam perkembangan anak.

Mari kita bersama-sama mengeksplorasi betapa pentingnya kegiatan bermain bagi tumbuh kembang anak, serta bagaimana kita dapat mendukung dan memandu mereka dengan bijak dalam meraih manfaat positif dari setiap momen bermain.

Serial Fiqih Pendidikan Anak: BERMAIN ADALAH KEBUTUHAN ANAK

Seseorang bisa terjangkiti kejenuhan; akibat rutinitas harian itu-itu saja, bila tidak disisipi refreshing. Sekalipun ia orang dewasa yang akalnya telah sempurna. Apalagi anak kecil yang akalnya belum sempurna. Ia lebih berpotensi untuk terjangkiti kejenuhan. Terlebih bila kebutuhan bermainnya tidak terpenuhi.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sangat memperhatikan terpenuhinya kebutuhan itu bagi anak kecil. Bukan hanya memaklumi anak-anak yang punya mainan, bahkan beliau sendiri bermain dengan mereka.

Terkait dengan mainan, Aisyah radhiyallahu’anha menceritakan, “Angin berhembus hingga menyingkap ujung tirai raknya, hingga terlihatlah boneka-boneka miliknya. Nabi shallallahu ’alaihi wasallam bertanya, “Apa itu wahai Aisyah?”. Ia menjawab, “Bonekaku”. Nabi melihat di antara boneka itu terdapat boneka kuda dari kain perca yang memiliki sepasang sayap. Beliau bertanya lagi, “Boneka apa itu yang ada di tengah?”. Aisyah menjawab, “Boneka kuda”. Nabi berkata, “Apa yang ada padanya?”. Aisyah menjawab, “Sepasang sayap”. Nabi shallallahu ’alaihi wasallam berkata, “Koq kuda memiliki sepasang sayap?”. Aisyah menjawab, “Tidakkah engkau mendengar bahwa Nabi Sulaiman ‘alaihis salam memiliki kuda yang bersayap?”. Maka Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam pun tertawa (lebar) saat mendengarnya, hingga aku bisa melihat gigi geraham beliau”. HR. Abu Dawud (no. 4932) dan dinilai sahih oleh al-Albaniy.

Beliau juga menghibur seorang anak kecil bernama Abu Umair, saat mainannya berupa burung kecil mati. HR. Bukhari (no. 6129) dan Muslim (no. 2150).

Tidak cukup sekedar memastikan anak kecil memiliki mainan, bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri bermain dengan anak kecil. Ya’la bin Murrah radhiyallahu ’anhu menceritakan,

“Suatu hari kami pernah keluar bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Di tengah jalan kami diundang menghadiri jamuan makan. Ternyata Husain radhiyallahu ‘anhu sedang bermain di jalan. Maka Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bergegas mendahului kami lalu membentangkan kedua tangannya. Anak kecil tersebut berlari ke sana ke mari. Nabi shallallahu ’alaihi wasallam mencandainya dan membuatnya tertawa. Hingga beliau berhasil menangkapnya”. HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad (no. 364) dan dinilai hasan oleh al-Albaniy.

Catatan penting

Pertama: Pilihlah permainan yang minim dampak negatifnya

Di zaman ini banyak sekali permainan dan mainan yang lebih dominan efek buruknya dibanding efek positifnya. Contohnya: Play Stasion, game online, menghabiskan waktu dengan HP dan yang semisalnya. Permainan seperti ini tentunya harus dihindari. Berilah alternatif permainan lain yang tidak sekedar menyenangkan, namun juga menyehatkan dan tidak menguras kantong orang tua.

Kedua: Ada saatnya bermain dan ada saatnya belajar

Tidak benar membiarkan bermain sepanjang hari. Atau sebaliknya memforsirnya untuk terus menerus belajar. Namun anak perlu dibiasakan membagi waktu dengan baik. Kejenuhan, ketidaktertarikan belajar, tidak bisa diam dan ketidakfokusan belajar pada anak kecil, sangat mungkin terjadi. Kita justru berusaha mengajarkan kepada mereka, bagaimana melewati semua itu menuju keseriusan belajar sesungguhnya. Kita perlu memberikan kejelasan kapan saatnya serius belajar, dan kapan saatnya bermain.

Contoh sederhana: Ketika jam bermain, biarkanlah anak melakukan aktifitas bermain. Bahkan akan baik sekali bila orang tua ikut terlibat dalam permainan mereka. Tapi saat mereka memulai sebuah pembelajaran, maka saat itu keseriusan ditunjukkan oleh orang tua, sekaligus terus diingatkan pada anak. Selain itu di setiap pembelajaran perlu ada waktu istirahat perpindahan dari pembelajaran satu ke pembelajaran lain. Di momen itu, anak bisa mengekspresikan keinginan bermainnya beberapa saat.

Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 7 Dzulhijjah 1444 / 26 Juni 2023

Diringkas oleh Abdullah Zaen dari Islamic Parenting, karya Jamal Abdurrahman (hal. 107-108) dan Mencetak Generasi Rabbani karya Ummu Ihsan dan Abu Ihsan (hal. 143-144) dengan beberapa tambahan.

Tags: , , , ,

Bagikan ke

BERMAIN ADALAH KEBUTUHAN ANAK

Saat ini belum tersedia komentar.

Silahkan tulis komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan kami publikasikan. Kolom bertanda bintang (*) wajib diisi.

*

*

BERMAIN ADALAH KEBUTUHAN ANAK

Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah: