Salah satu bukti kesempurnaan ajaran Islam adalah sangat lengkapnya panduan hidup yang diberikan. Bukan hanya doa sebelum dan sesudah tidur yang diajarkannya, namun juga doa saat terbangun di tengah malam. Sebuah momen yang sering kita alami. Entah karena kebelet ingin ke kamar mandi, atau karena kegerahan atau kedinginan, atau sekedar karena terbangun saja. Kebanyakan orang akan segera melanjutkan kembali tidurnya, apalagi bila malam masih panjang. Padahal ternyata di momen ini, ada dzikir yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk dibaca, dan memiliki keistimewaan yang luar biasa. Yaitu:
Redaksi Dzikir:
لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، الحَمْدُ لِلَّهِ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ، وَلاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
“Lâ ilâha illallôhu wahdahu lâ syarîka lah, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa ‘alâ kulli syai’in Qodîr. Alhamdulillâh, wa subhânallôh, wa lâ ilâha illallôh, wallôhu akbar, wa lâ haula wa lâ quwwata illâ billâh”.
Dalil Landasan
Dari Ubâdah bin Shômit radhiyallahu ’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda,
“Barang siapa terjaga di malam hari, lalu ia membaca, “Tidak ada yang berhak disembah kecuali hanya Allah satu-satu-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Hanya milik-Nya segala kekuasaan dan pujian. Dia pula yang mampu melakukan segala sesuatu. Segala pujian untuk Allah. Maha suci Allah. Tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah. Allah Maha Besar. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah”. Lalu setelah itu ia mengucapkan, “Ya Allah ampunilah aku” atau ia berdoa; niscaya doanya akan dikabulkan. Kemudian jika ia melanjutkannya dengan berwudhu dan shalat; niscaya shalatnya akan diterima”. HR. Bukhari (no. 1154).
Renungan Kandungan
Dzikir ini diawali dengan tahlil atau kalimat tauhid. Untuk menunjukkan betapa pentingnya prinsip tauhid dalam kehidupan. Sehingga harus selalu dinomorsatukan untuk dipelajari dan diamalkan. Kalimat tauhid ini mengajarkan pada kita agar mempersembahkan seluruh ibadah hanya untuk Allah ta’ala saja. Murni untuk-Nya. Tidak boleh menyelewengkan ibadah untuk selain Allah, sekalipun hanya sedikit.
Mengapa harus demikian? Sebab hanya Allah saja Penguasa mutlak alam semesta. Hanya Dia yang berhak dipuji secara sempurna, karena seluruh karunia itu berasal dari-Nya. Serta hanya Dia pula yang mampu untuk mewujudkan segala sesuatu. Sehingga wajar bila hanya Dia pula yang berhak untuk disembah.
Selanjutnya kita membaca tahmid; sebagai wujud syukur kita kepada Allah atas segala karunia-Nya, yang salah satunya kita masih bisa terjaga dari tidur dan mampu mengingat-Nya. Lalu bertasbih; yaitu mengikrarkan kemahasucian Allah dari segala hal yang tidak pantas bagi-Nya. Kemudian kita bertahlil lagi; untuk menegaskan bahwa tidak ada yang berhak untuk disembah kecuali Allah semata. Selanjutnya kita mengucapkan takbir; sebagai bentuk pengagungan kepada Allah Yang Maha Besar.
Terakhir ditutup dengan hauqalah; guna mengingatkan bahwa keberhasilan kita untuk membaca dzikir ini, semata-mata karena bantuan dari Allah ta’ala. Sekaligus kita memohon pertolongan dari-Nya agar mampu untuk melanjutkan dzikir ini dengan doa, wudhu dan shalat tahajud. Sehingga berhasil meraih keutamaan yang dijanjikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits di atas.
Mempraktekkan dzikir ini adalah salah satu upaya kita guna membiasakan lisan dan hati untuk menyebut nama Allah dan mengingat-Nya. Sekalipun dalam momen yang jarang sekali orang mengingat-Nya. Yaitu saat terjaga di tengah malam.
Jika kita belum mampu untuk melanjutkan dzikir tadi dengan tahajud, maka minimal bacalah dzikir tersebut. Semoga lama kelamaan kita mampu untuk melanjutkannya dengan tahajud. Amien.
Diringkas oleh Abdullah Zaen dari Fiqh al-Ad’iyyah wa al-Adzkâr karya Prof. Dr. Abdurrazzaq al-Badr (III/80-83).
Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 25 Jumadal Ula 1444 / 19 Desember 2022
Saat ini belum tersedia komentar.