KELEMBUTAN DAN PANGGILAN KASIH SAYANG KEPADA ANAK
Sungguh miris, membaca berita belakangan ini tentang kekerasan yang dilakukan anak-anak kepada temannya. Bukan sekadar bullyan atau perundungan, namun mereka tega mengeroyok temannya hingga tidak berdaya. Bahkan perbuatan jahat itu mereka videokan, tanpa perasaan belas kasihan.
Fenomena ini seharusnya mendapatkan perhatian serius dari para orang tua, juga para pendidik. Untuk dicarikan akar permasalahannya, berikut solusinya.
Jagalah Fitrah Kelembutan!
Manusia terlahir ke muka bumi ini dengan membawa fitrah karakter kelembutan bukan kekasaran. Buktinya bayi yang dilembuti oleh orang tuanya akan merasa nyaman. Sebaliknya bila dikasari, walau hanya dengan raut dan mimik muka tidak ramah, si anak akan menangis keras.
Modal fitrah kelembutan yang telah ditanamkan Allah dalam jiwa anak, seharusnya dijaga dan dikembangkan. Bukan malah dirusak, apalagi dihancurkan. Terlebih jika yang merusaknya adalah orang-orang terdekat anak.
Salah satu upaya nyata menjaga fitrah tersebut, adalah dengan kontinuitas sikap lembut orang tua kepada anaknya. Yang salah satu wujudnya adalah membiasakan panggilan kasih sayang terhadap anak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah suri teladan utama dalam hal ini.
Umar bin Abi Salamah radhiyallahu ‘anhu menuturkan,
“كُنْتُ غُلاَمًا فِي حَجْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَانَتْ يَدِي تَطِيشُ فِي الصَّحْفَةِ، فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَا غُلاَمُ، سَمِّ اللَّهَ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ، وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ» فَمَا زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتِي بَعْدُ”
Dahulu saat kecil, aku dirawat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika makan bersama, tanganku bergerak kesana kemari di nampan. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda, “Nak, bacalah basmalah, makanlah dengan tangan kananmu, dan ambillah makanan yang terdekat denganmu”. Umar berkata, “Semenjak mendapatkan nasehat tersebut, aku selalu menerapkan adab-adab tersebut setiap kali makan”. HR. Bukhari (No. 5376) dan Muslim (No. 2022).
Ternyata kelembutan diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bukan hanya dalam kondisi normal. Bahkan saat anak melakukan kesalahan pun beliau bersikap lembut dalam menasehatinya.
Di antara poin yang bisa disimpulkan dari hadits di atas adalah:
- Nasehat diawali dengan panggilan kasih sayang. Di sini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menggunakan panggilan “يَا غُلاَمُ” yang aslinya bermakna “Wahai anak muda”. Sama sekali tidak ada nada marah atau menghakimi.
- Nasehat disampaikan dengan bahasa yang simpel dan mudah dipahami. Sehingga anak dengan mudah memahami nasehat-nasehat yang disampaikan kepadanya. Perlu diketahui bahwa terkadang kekeliruan yang dilakukan anak itu, terjadi karena ia tidak memahami bahwa itu adalah kekeliruan. Sehingga tugas orang tua adalah memahamkan anak, mana perbuatan yang boleh dan mana yang tidak boleh. Mana yang baik dan mana yang buruk.
- Nasehat tidak harus langsung menyinggung kesalahan yang dilakukan anak. Justru bisa diawali dengan poin-poin yang tidak berkaitan langsung dengan kekeliruannya. Dari tiga nasehat yang disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ternyata teguran yang berhubungan langsung dengan kesalahan anak tersebut berada di urutan ketiga.
Dengan metode apik ini, nasehat akan sangat membekas di hati si anak insyaAllah. Sehingga selalu dipraktekkannya sepanjang hayat.
Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 16Dzulqa’dah 1444 / 5 Juni 2023
Saat ini belum tersedia komentar.