Oleh: Abdullah Zaen, Lc., MA
Tidak ada manusia yang tidak pernah menghadapi masalah. Pria atau wanita, tua atau muda, pejabat atau rakyat, muslim atau non muslim. Siapapun yang hidup di dunia ini, pasti akan menghadapi masalah. Entah itu masalah pekerjaan, rumah tangga, sosial kemasyarakatan, dan lain sebagainya.
Kita memang tidak disuruh mencari-cari masalah. Namun jika ditakdirkan untuk menemui masalah, maka hadapilah dengan baik.
Nah, salah satu modal agar sukses dalam menghadapi problem kehidupan adalah memadukan karakter positif kelembutan dengan ketegasan. Sebagian orang mengira bahwa dua sifat ini tidak bisa dipadukan. Mereka pikir, kelembutan itu selalu identik dengan kelembekan dan ketidakberdayaan. Sebaliknya, ketegasan itu identik dengan kekasaran dan emosi yang meledak-ledak. Padahal sejatinya tidak demikian.
Motivasi Kelembutan
Salah satu sifat yang sangat dianjurkan dalam Islam adalah kelembutan. Sebab kehadiran sifat ini akan mendatangkan banyak sekali kebaikan. Sebaliknya, alpanya sifat ini akan mengundang beragam keburukan. Bahkan Allah ta’ala sampai memuji Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam lantaran kelembutan beliau,
“فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ، وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ”
Artinya: “Wahai Muhammad, berkat rahmat Allah lah, engkau bersikap lemah lembut terhadap para pengikutmu. Sekiranya engkau bersikap kasar dan berhati keras; niscaya mereka akan menjauhi kamu”. QS Ali Imran (3): 159.
Kelembutan itu diwujudkan antara lain dengan:
• Kesabaran saat menghadapi hal-hal yang memancing emosi
• Memilih kata-kata halus yang tidak menyinggung perasaan lawan bicara
• Mengatur intonasi suara sehingga tetap pada level yang wajar
• Menjaga ekspresi wajah dan gestur tubuh agar tetap nyaman dilihat
• Menghargai orang lain dengan kesopansantunan.
Motivasi Ketegasan
Adapun ketegasan, maka ini lebih identik dengan keteguhan dalam berpegang dengan prinsip-prinsip kebenaran. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memotivasi,
“عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ، تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ”
“Kalian wajib mengikuti tuntunanku dan tuntunan para Khulafaur Rasyidin. Berpegang teguhlah dengannya, dan gigitlah dengan gigi geraham kalian. Jauhilah ritual-ritual baru keagamaan”. HR. Abu Dawud dan dinilai sahih oleh Ibn Hibban, al-Hakim serta al-Albaniy.
Maka ketegasan itu diterapkan dalam berbagai bentuk, antara lain:
• Istiqamah menjalankan ajaran agama
• Tidak membiarkan kesalahan, namun pelakunya ditegur dan dinasehati
• Disiplin menerapkan aturan yang telah disepakati.
Jadi, kelembutan dan ketegasan itu dua hal yang bisa dipadukan dan berjalan bersama.
Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, Senin, 1 Rajab 1444 / 23 Januari 2023
Saat ini belum tersedia komentar.